welcomee


Glitterfy.com - Welcome Glitter Graphics


i dont wanna make dissapointed you again FARANT :*




L
is for the way you look at me

O is for the only one I see
V is very-very extraordinary, and
E is even more than anyone that you’re adore





search

Tuesday, October 12, 2010

BP unyuunyuu :D


Setelah Badai Itu Reda
Gosip menerjang rumah tangga mereka. Skandal Bill dan Monica Lewinsky menjadi bulan-bulanan pers, namun Hillary berdiri tegak di samping suaminya. Karena terlalu cinta?

Hila melihat kegigihan Hillary membela suaminya dan mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka saat Bill Clinton dilanda berbagai gosip skandal seks dengan sejumlah wanita, orang tentu menganggap bahwa Hillary memang sangat mencintai suaminya. Benarkah begitu?

BILL TAK BISA BERPISAH
Kenyataannya justru sebaliknya. Sejak pertama kali melihat Hillary di suatu mata kuliah mereka mengikuti beberapa kuliah yang sama, Bill mengaku langsung tertarik melihat gadis yang dinilainya cuek tapi menarik tersebut. Saat itu, dandanan Hillary memang sembarangan, khas dandanan ‘flower generation’ yang seperti gipsi. Rambutnya yang lurus terurai berantakan. Kacamata bertangkai tulang yang tebal menghias wajahnya. Celana jins dan sweater lusuh, membalut tubuhnya yang ‘tipis’ dengan dada rata. Kalau Bill tertarik pada Hillary, pastilah bukan secara fisik.

“Hillary itu seorang bintang di kampus. Banyak yang mengaguminya, tapi ada juga yang menganggapnya ‘berbahaya’, karena dia terlalu cerdas untuk seorang wanita. Konon, wanita cerdas biasanya suka mendominasi dan mengintimidasi laki-laki. Tapi, justru itulah yang membuatku tertarik padanya, dan ingin mengenalnya lebih jauh,” tulis Bill dalam memoarnya.

Pada suatu hari, keduanya sedang berada di perpustakaan kampus. Bill di satu sudut dengan seorang temannya, Jeffrey Gleckel , dan Hillary di sudut yang lain. Namun, sepanjang pembicaraannya dengan Gleckel, mata Bill terus mencuri-curi pandang ke arah Hillary, demikian juga sebaliknya. Akhirnya Hillary menutup buku yang sedang dibacanya, menghampiri Bill, menyodorkan tangannya, dan berkata, “Dari tadi kau terus memandangiku, dan aku juga begitu. Artinya kita harus berkenalan. Namaku Hillary Rodham!”

Bill terkesima. Ia yang biasanya luwes dan ‘ramai’, tiba-tiba menjadi mati kutu dan salah tingkah. “Aku nyaris tak sadar ketika mengulurkan tanganku untuk menjabat tangannya. Bahkan, suaraku nyaris tak terdengar ketika menyebut namaku sendiri,” tulis Bill.

Sejak itu, keduanya tak terpisahkan lagi. Selain sama-sama cerdas, keduanya juga memiliki ambisi yang sama, yaitu menjadi politikus ulung. Keduanya lalu menyewa sebuah rumah kecil dekat kampus Yale di New Haven, New York, dan hidup bersama di sana. Perlahan-lahan, Hillary mengubah haluan politiknya menjadi seorang demokrat.

Setelah lulus dari Yale, Bill harus kembali ke Arkansas sesuai cita-citanya, sementara Hillary sudah ‘diperebutkan’ oleh berbagai biro pengacara terkenal, baik di New York maupun di Chicago.

“Yang paling kuinginkan saat itu,” tulis Bill dalam memoarnya, “adalah secepatnya mengajaknya menikah dan ikut denganku ke Arkansas. Tapi, itu adalah tindakan yang egois. Hillary punya masa depan yang cemerlang di kota-kota besar, dan aku tak sampai hati memaksanya ikut denganku ke Arkansas. ”

Sebelum kembali ke Arkansas, Bill mengajak Hillary berlibur ke Eropa. Saat mereka sedang berjalan-jalan ke Chelsea, sebuah wilayah cantik dekat London, tanpa sadar Bill menyenandungkan lagu Chelsea Morning. Mereka pun bersepakat, bila kelak mereka punya anak perempuan, akan diberi nama Chelsea.

Sepulang dari Eropa, Bill mengajak Hillary mengunjungi Arkansas dan memperkenalkan sang kekasih kepada ibunya. Sebelumnya, Hillary sudah mengajak Bill ke rumahnya di Chicago dan memperkenalkannya kepada orang tuanya.
Bill secara resmi melamar Hillary, namun waktu itu Hillary tak bisa menjawab. Setelah itu, sekembali dari Arkansas, beberapa kali Bill melamarnya lagi, tapi lagi-lagi Hillary belum bisa memberi jawaban. Karena merasa sulit berpisah dari Hillary, Bill bahkan menunda kepulangannya ke Arkansas. Padahal, saat itu ia sudah berkali-kali diminta pulang ke Arkansas untuk menjadi koordinator kampanye Senator McGovern di daerah Selatan.

“Saat itu betul-betul merupakan masa-masa tersulit bagiku. Aku sangat mencintai Bill dan tak ingin kehilangan dia, tapi aku sedang berada persis di depan pintu cita-citaku. Sungguh, itu sebuah dilema yang sangat menyakitkan,” tulis Hillary dalam memoarnya.

Sejak itu, Bill tidak lagi mengulang lamarannya. Ia membiarkan Hillary menentukan pilihannya dengan tenang, tanpa didesak-desak. “Namun begitu, sesungguhnya aku merasa sangat ketakutan. Takut kalau akhirnya bukan aku yang dipilihnya,” tulis Bill.

Apa boleh buat, ketika saatnya tiba, mereka pun terpaksa berpisah jarak. Bill kembali ke Arkansas dan menjadi pengajar di Fakultas Hukum Universitas Arkansas di Fayetteville —ibu kota Arkansas— lalu maju sebagai calon anggota legislatif dari Partai Demokrat. Sedangkan Hillary merintis karier sebagai pengacara di sebuah biro hukum terkenal di Massachusetts.

Namun, hati keduanya ternyata memang tak bisa dipisahkan. Bill dan Hillary senantiasa diliputi rasa rindu dan tak pernah putus kontak. Setahun kemudian, Hillary tiba-tiba datang ke Arkansas. Alasan yang dikemukakannya hanyalah karena rindu, tapi sebenarnya ia bermaksud menjajaki kemungkinan apa saja yang bisa ia lakukan bila menetap di Arkansas. Ternyata, ia diterima mengajar di Universitas Arkansas, sekaligus bergabung dengan sebuah biro hukum setempat.

Tentu saja Bill merasa sangat bahagia. Bill yang saat itu sudah menjadi anggota Kongres, segera membeli sebuah rumah mungil di Fayetteville. Selanjutnya ia mengulang lamarannya, dan kali ini Hillary menjawab ‘ya’ dengan mantap. Keduanya menikah pada 11 Oktober 1975, di ruang tamu rumah baru mereka. Lima tahun kemudian, 27 Februari 1980, putri mereka pun lahir. Bayi perempuan itu diberi nama Chelsea Victoria .

No comments:

Post a Comment